Cimplukan dan Keajaiban Allah SWT
Iman adalah sesuatu yang tak terlihat, tapi ia terasa sebagai suatu yang besar bertahta dalam jiwa setiap kita. Ya, jadi ketika seseorang meyakini sebuah hal dari hati nurani, yakinlah bahwa itulah kehendakNyaπ
Termasuk keajaiban kecil dan terlihat sepele, tetapi cukup besar saya melihatnya. Setidaknya dalam 3 hari ini, pikiran saya terusik untuk memikirkan hubungan sebab akibat. Hubungan antara usaha dan hasil. Dan terlebih bahwa kejutanNya bisa datang pada kita dalam bentuk kecil keseharian, untuk mengingatkan kehebatanNya merawat semesta ini. Subhanallah…
Berikut Adalah Ringkasan Kisah Tanaman Cimplukan
1. 9 April 2017 saya membeli bibit cimplukan di supermarket dengan harga 45.000,- . Saya tanam, ternyata tidak berhasil. Bahkan seingat saya tidak tumbuh. Padahal cimplukan terkenal mudah sekali tumbuh, bahkan di desa tanaman ini tumbuh liar di pekarangan/sawah.
2. 9 Maret 2019 saya membawa buah cimplukan dari kampung. Alkisah tiba-tiba menemukan tanaman cimplukan yang berbuah lebat di halaman belakang rumah embah ( mertua, red). Sebagian buah berjatuhan di tanah karena demikian masaknyaπΒ Ariq, junior kami suka sekali buah ini, buah liar unik, manis dan segar. Saya sisakan beberapa butir dan sesampai di rumah saya taruh kulkas untuk esoknya saya tanam.
3. Biasanya, biji akan tumbuh maksimal 2 minggu dari bibit disebar kecuali sejenis kemiri yang membutuhkan proses pembenihan selama hampir 2.5 bulan. Maka ketika tak kunjung ada tanda-tanda penghuni baru di kebun kecil kami tumbuh, saya pun segera melupakan dengan kesimpulan ; manusia sekadar usaha. Allah pemilik kehidupan. Selesai.
4. 11 April 2019 saya mendapati tanaman liar yang tiba-tiba sudah meninggi. Hampir saja saya cabut dan buang. Tiba-tiba terlintas, inikah tanaman cimplukan? Rasanya tidak yakin karena daunnya kok lebar-lebar. Di kampung kemarin daunnya langsing dan batangnya mirip tanaman cabe. Saya batalkan niat membersihkan, sembari berpikir nanti saat luang googling coba pelajari detail ciri-ciri tanaman cimplukan.
5. 14 April 2019, kami ke sekolah jadwal ambil raport tengah semester putri kami Mutia. Lalu sesuai rencana sejenak ke workshop Bapaknya menengok team yang tengah kejar deadline pekerjaan akhir pekan ini. Nah ketika hendak pulang, di dekat kendaraan parkir mata saya menangkap beberapa tanaman yang saya curigai sebagai cimplukan. Lalu saya dekati, dan ternyata benar buah cimplukan sebagian berbunga. Ada 1 buah yang masih muda tapi jelas berujud buah bulat hijau berbaju luar sebagai pelindungnya. Saya ambil satu pohon, lalu saya bawa pulang. Penasaran, apakah benar sama dengan tanaman yang tiba-tiba membesar di beberapa polybag kami. Ternyata Subhanallah, benar…Cimplukan akhirnya tumbuh di kebun kecil kami dan menyapa sudah dalam kondisi sedang mulai berbungaπππMasyaAllah…
Cimplukan bukan buah istimewa tentunya. Sekadar buah liar makanan anak-anak desa tempo doeloe…ππΒ Buat anak desa di masa kini yang telah mengenal aneka rupa buah-buahan dan cukup terjangkau membelinya, cimplukan mungkin tidak lagi menjadi buah yang dicari dan disukai.
Namun buat saya yang membeli cimplukan di supermarket dengan harga relatif mahal, cimplukan tentu buah yang istimewa. Seistimewa kenangan indah masa kecil dan desa nan selalu permai di hati serta segala hal tentangnyaπππ
Dan menyimak bagaimana proses mencoba menanam, gagal. Lalu tiba-tiba mendapati cimplukan yang telah berbunga dan siap berbuah. Serta menarik benang merah mengapa hari ini saya menemukan tanaman cimplukan lain yang saya perlukan sebagai jawaban rasa penasaran 3 hari ini, sungguh membuat hati saya bergetar menerima kejutan Allah. Membaca dan menyaksikan betapa Dia tidak pernah menyia-nyiakan kita yang berusaha. Entah sekarang atau nanti Dia akan memberi, itu adalah urusanNya.
Alhamdulillah…πππ
Sekadar cerita ringan di minggu tenangπβοΈππ±πΏπ